Ketua Umum Partai Golkar, Aburizal Bakrie, mengungkapkan alasan mengapa dia bersedia menerima dukungan Dewan Pimpinan Daerah (DPD) I se-Indonesia untuk menjadi calon presiden di Pemilihan Umum 2014.
Katanya, bukan untuk mencari harta dan kekayaan, bukan pula untuk mencari popularitas. "Kalau uang, alhamdulillah, Allah sudah memberikan cukup untuk saya. Kalau soal popularitas, saya sudah populer," ujarnya di Desa Brumbungan Lor, Kecamatan Gending, Probolinggo, Jawa Timur, Jumat malam.
Dia mengaku alasan menerima dorongan menjadi capres demi memperbaiki nasib rakyat. Pengalamannya menjadi menteri, terutama saat menjabat menteri koordinator kesejahteraan rakyat, diakuinya cukup untuk mengetahui kenyataan yang dihadapi masyarakat, terutama di perdesaan. Sebab, pada saat itu, ia sering bersentuhan langsung dengan masyarakat di tingkat paling bawah.
"Saya jadi tahu kesulitan masyarakat desa. Saya tahu penderitaan orang yang sedang sakit. Tahu kehidupan orang di perdesaan, bahkan di pegunungan seperti di Papua," terangnya, seraya menceritakan pengalamannya berhubungan dengan masyarakat di Yahukimo, pedalaman Papua.
Untuk memperbaiki nasib rakyat Indonesia itu, Aburizal mengaku telah memiliki dua konsep besar, yakni kemandirian dan kesejahteraan.
Kemandirian berkaitan dengan kemandirian ekonomi yang tidak bergantung pada asing dan ekonomi yang kuat. Kemandirian juga menyangkut aspek pertahanan bangsa. "Kita harus jadi bangsa besar dan kuat, sehingga tidak ada bangsa lain yang berani mengatakan kita indon," tegasnya.
Sedangkan konsep kesejahteraan ialah fokus pada upaya mengangkat kehidupan ekonomi kalangan miskin. Pemerataan kesejahteraan dan pembangunan akan diusahakannya sampai ke pelosok negeri. Ini akan diselaraskan dengan konsep perekonomian yang sedang disusun.
Dia mengatakan Indonesia harus menjadi negara kesejahteraan sebagaimana amanat konstitusi. "Jangan pertumbuhan tinggi tapi yang tinggi hanya pendapatan orang-orang kaya saja. Yang penting pendapatan orang-orang miskin bisa meningkat dengan cepat," paparnya.
Selain itu, Ical juga menjelaskan Golkar sudah menetapkan dirinya sebagai capres dari partai secara resmi melalui keputusan hasil forum Rapat Pimpinan Nasional II tahun 2011. Keputusan ini hanya bisa diubah melalui Rapimnas III di tahun 2012 atau Musyawarah Nasional (Munas), yang merupakan forum tertinggi di partai berlambang pohon beringin itu.
"Kalau tidak dilaksanakan, berarti melanggar AD-ART (Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga). Karena Rapimnas itu adalah forum tertinggi kedua setelah Munas."
Laporan M. Arief Hidayat
• VIVAnews