Harga Kereta Buatan INKA Diklaim Lebih Murah dari China
25 November 2020, 09:00:04 Dilihat: 556x
Jakarta -- PT Industri Kereta Api (Persero) atau INKA mengklaim mampu memproduksi kereta api lebih murah dari pesaing terberatnya, perusahaan China.
Direktur Utama INKA Budi Noviantoro mengungkapkan hal itu tercermin dari keberhasilan perusahaan mengungguli perusahaan China dalam dua lelang terbuka di Bangladesh dan Filipina.
"Kami tahu harga China sudah mepet, sudah murah INKA masih (lebih) murah, jadi menang ini beberapa kali kami dapat (proyek)," kata Budi pada acara Ngopi BUMN, Rabu (18/11) kemarin.
Budi menyebut pihaknya telah membentuk Indonesia Incorporated mini antara INKA, PT KAI (Persero), PT Waskita Karya (Persero) Tbk, PT Len Industri (Persero), dan PT Timah (Persero) Tbk untuk menggarap proyek di Benua Afrika. Hal itu sesuai dengan harapan Kementerian BUMN yang menginginkan perusahaan pelat merah bersaing di kancah global.
Saat ini, sebanyak tiga proyek pembangunan lintas negara di Benua Afrika telah dikantongi perusahaan. Ketiga proyek pembangunan yang dimaksudnya adalah lintasan Liberia-Libya sepanjang 7.411 kilometer (Km), lintasan Gabon-Eritrea sepanjang 4.564 Km, dan lintasan Kongo-Tanzania sepanjang 5.797 Km.
Pengerjaan proyek membutuhkan waktu 30 tahun. Artinya, proyek ini dapat membuka peluang kerja untuk tenaga kerja profesional Indonesia yang ingin bekerja di Afrika untuk 20-30 tahun ke depan.
Selain itu, perusahaan juga akan membangun pabrik di salah satu negara yang mengambil bagian pada proyek tersebut. Hal itu dilakukan untuk mendukung proyek transportasi yang terbilang besar ini.
Tak hanya di Afrika, ia juga melihat peluang di Amerika Latin. Setidaknya ada tiga negara yang menurut Budi tertarik bekerja sama dengan INKA.
Salah satunya, Honduras yang membutuhkan 252 lokomotif dengan total 8.824 wagon. Lalu, ada Ekuador yang membutuhkan 68 lokomotif dengan total 1.020 wagon dan Uruguay dengan permintaan 2 lokomotif dan 40 wagon.
Lebih lanjut, Budi menyebut alasan perusahaan dilirik adalah negara terkait agak bosan dengan produk buatan China.
Sumber : cnnindonesia.com