Kalau Orang Kaya Gak Jajan, Ekonomi RI ya Gini-gini Aja!
22 Maret 2021, 09:00:00 Dilihat: 448x
Jakarta - Ekonomi Indonesia dinilai akan sulit pulih lebih cepat bila kelompok masyarakat kelas atas alias orang kaya masih enggan untuk belanja. Maka dari itu pemerintah terus mengeluarkan pancingan agar rich people menghabiskan uang.
Dari berbagai jurnal yang didapat CNBC Indonesia, Rabu (17/3/2021), jumlah orang kaya Indonesia memang hanya 10% dari total penduduk. Kemudian kelas menengah mencapai 50% dan sisanya adalah kelompok rentan dan miskin.
Akan tetapi rentang antara kelas atas dan dua kelas di bawahnya itu cukup jauh.
Berdasarkan jurnal tersebut, pengeluaran kelompok miskin dan rentan miskin masing-masing hanya 13,5% dan 10,5%, di mana kelas menengah dua kali lipat lebih besar. Sementara orang kaya pengeluarannya lima kali lipat dari kelas menengah.
Salah satu lembaga kajian ekonomi yakni Mandiri Institute juga baru saja merilis laporan yang memberikan gambaran belanja masyarakat sejak awal pandemi hingga Maret 2021. Mandiri Institute berada di bawah naungan Grup Mandiri, PT Bank Mandiri Tbk (BMRI).
Dari laporan tersebut, terlihat ada peningkatan belanja kembali di pertengahan Februari setelah ada penurunan cukup tajam sejak akhir Desember 2020. Kenaikan belanja tertinggi ada di fesyen dan restoran.
Hal ini terjadi di semua kelompok masyarakat, baik kelas bawah dengan rata-rata penghasilan Rp 5,8 juta per bulan. Kemudian menengah Rp 8,4 juta per bulan dengan porsi 56%. Kelas atas Rp 41,7 juta per bulan yang memegang porsi 23% yang sangat menentukan perbaikan ekonomi nasional.
Data tersebut menunjukkan belanja kelas atas sudah mulai terlihat meskipun sangat bergantung dengan tinggi atau rendahnya kasus positif covid. Ketika kasus meningkat maka belanja kembali direm.
Pemerintah terus mengeluarkan kebijakan yang mampu mendorong orang kaya mau berbelanja. Selain tentunya meredam kasus positif dan mempercepat vaksinasi seperti yang direkomendasikan Mandiri Institute agar terciptanya kepercayaan diri di masyarakat.
Teranyar adalah pemberian relaksasi Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM) untuk kendaraan bermotor (KBM) roda empat baru dengan kapasitas 2.500 cc.
Kabarnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati sudah memberikan restu.
Menurut ekonom, kebijakan ini dinilai mampu menjaring kelompok masyarakat kelas atas yang selama ini masih menahan diri untuk berbelanja.
"Yang punya keleluasaan (income) itu justru yang di atas. Yang di atas ini kan seleranya tidak untuk 1500 cc, tapi 2500 cc," ungkap ekonom Universitas Indonesia Fithra Faisal Hastiadi kepada CNBC Indonesia, Selasa (16/3/2021).
Sebelumnya juga sudah dikeluarkan kebijakan relaksasi pajak untuk properti. Menurutnya, hal tersebut juga akan menjadi pemancing orang kaya untuk menghabiskan uang.
Bila perluasan kebijakan relaksasi tersebut dieksekusi dalam waktu dekat, maka konsumsi rumah tangga akan meningkat cukup besar pada awal semester II-2021.
"Saya rasa ini paling lambat semester II 2021 mulai ada peningkatan konsumsi," ujarnya.
Dia mengatakan ekonomi Indonesia sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga.
Hal ini pun sering diungkapkan beberapa ekonom dan analis. Sebab itu, dengan mendorong konsumsi kembali ke situasi sebelum Covid maka pertumbuhan ekonomi nasional bisa mencapai 3,5%. Sementara sisanya bisa ditopang dari ekspor dan investasi agar bisa mencapai target 5%.
Akan tetapi, sebut para analis, bila tidak bisa mendorong konsumsi pulih lebih cepat maka ekonomi ya gini-gini aja.
Sumber : cnbcindonesia.com