Iran menyatakan telah berhasil membongkar kode dalam pesawat mata-mata Amerika Serikat yang jatuh akhir tahun lalu. Berbagai data intelijen dalam pesawat tersebut kini berada di tangan pemerintahan Mahmoud Ahmadinejad.
Terbongkarnya kode ini sekaligus mementahkan pernyataan AS yang meragukan kemampuan Iran dalam memahami teknologi pesawat nirawak tersebut. Merasa tertantang, Iran mengerahkan para ahlinya untuk membedah perangkat lunak dan hard disk dari pesawat tipe RQ-170 sentinel itu.
Diberitakan CNN, Minggu 22 April 2012, pejabat senior militer Iran, Jenderal Amir Ali Hajizadeh, mengatakan bahwa mereka tidak bisa membeberkan data-data intelijen apa saja yang berhasil mereka bongkar.
"Tapi, kami akan beritahu empat petunjuk untuk membuktikan pada Amerika bahwa kami berhasil masuk ke sistem intelijen pesawat ini," kata Hajizadeh.
Berdasarkan data yang berhasil diperoleh, ujarnya, pesawat ini telah digunakan untuk mengintai persembunyian Osama bin Laden di Pakistan, dua minggu sebelumnya kematiannya Mei tahun lalu.
Selain data intelijen, Iran juga berhasil membongkar berbagai informasi lainnya, seperti protokol, riwayat penerbangan dan reparasi. Dari sini diketahui bahwa pesawat ini pernah diperbaiki di California pada 2010 dan dipindahkan ke Afganistan pada bulan yang sama. Menurut Hajizadeh, ada kerusakan pada pesawat yang tidak bisa diperbaiki oleh tim ahli AS.
Menyalin Teknologi Amerika
Hajizadeh mengatakan, tim ahli Iran berhasil memahami sepenuhnya teknologi, program dan komponen dari pesawat tersebut. Dengan pengetahuan ini, Iran menyatakan mampu membuat pesawat serupa dengan menyalin teknologi yang mereka dapatkan.
Pesawat mata-mata tercanggih di kelasnya itu jatuh di wilayah Iran pada Desember tahun lalu. Iran mengatakan bahwa mereka berhasil mengacaukan sinyal sehingga membuatnya jatuh. Sementara AS mengatakan, pesawat itu jatuh karena kerusakan teknis.
Presiden AS Barack Obama pernah meminta agar pesawat itu dikembalikan. Namun, Iran menolaknya sampai AS meminta maaf karena telah melanggar batas wilayah negara tersebut.
• VIVAnews