Presiden Iran, Mahmoud Ahmadinejad, hari ini menilai bahwa AS tidak bisa lagi mendikte kebijakan-kebijakannya kepada seluruh dunia. Ahmadinejad juga mengatakan bahwa hubungan pasukan NATO dan Pakistan sudah kian tidak stabil setelah terjadi sejumlah insiden.
"NATO dan AS harus mengubah kebijakan mereka karena sudah bukan waktunya lagi bagi mereka mendikte kepentingan mereka kepada dunia," kata Ahmadinejad dalam pidato di suatu konferensi mengenai ekonomi Afganistan, seperti yang dikutip kantor berita Reuters. Konferensi itu berlangsung di ibukota Tajikistan, Dushanbe.
"Hubungan antara NATO dan Pakistan menjadi makin goyah dan tidak stabil," kata Ahmadinejad. Dia saat itu berbicara dengan bahasa Farsi, yang diterjemahkan ke bahasa Rusia. Para peserta konferensi adalah delegasi negara-negara bekas pecahan Uni Soviet.
Dia pun menyerukan penarikan sesegera mungkin pasukan asing dari Afganistan. "Alasan utama munculnya berbagai kesulitan di dunia adalah kebijakan negara-negara anggota NATO, yang diambil demi membangkitkan kolonialisme," lanjut Ahmadinejad.
Menurut dia, segala masalah di Afganistan berpangkal dari NATO dan kebjakan negara-negara anggotanya, terutama AS, yang masuk ke Afghanistan di bawah kampanye perang melawan terorisme. Di bawah alasan yang sama pula, ujar Ahmadinejad, mereka kini mengepung India, Rusia, dan China.
AS sebenarnya mengirim delegasi di konferensi Tajikistan. Namun pemimpin delegasi AS, Wakil Menteri Luar Negeri urusan Asia Selatan dan Tengah Robert Blake, meninggalkan ruang sidang begitu Ahmadinejad berpidato. Blake kembali begitu presiden Iran itu selesai berbicara.
Di forum-forum PBB pun AS berkali-kali meninggalkan ruang sidang setiap kali Ahmadinejad berpidato. Ini menjadi tanda renggangnya hubungan antara AS dan Iran.
Bersama negara-negara Barat lain, AS selalu curiga bahwa Iran sedang membuat senjata nuklir, sehingga berkali-kali menjatuhkan sanksi. Namun Iran tetap bersikeras tidak akan melucuti teknologi nuklir mereka, karena akan digunakan untuk tujuan damai seperti pembangkit tenaga listrik. (eh)
• VIVAnews