Amerika Serikat kembali mencoret sejumlah negara dari daftar calon penerima sanksi dari Washington bila tetap membeli minyak dari Iran dalam jumlah besar.
Negara-negara ini sudah memastikan kepada AS untuk mengurangi pembelian minyak dari Iran, yang tengah diganjar embargo ekonomi dan perdagangan sejauh masih memiliki teknologi nuklir.
Menurut kantor berita Reuters, keputusan itu diumumkan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton pada Senin waktu setempat. Tujuh negara yang aman dari ancaman sanksi adalah India, Korea Selatan, Turki, Afrika Selatan, Taiwan, Malaysia, dan Sri Lanka. Mereka bergabung dengan Jepang dan Uni Eropa yang tidak terkena ancaman sanksi dari AS.
"Dengan mengurangi penjualan minyak Iran, kami mengirim pesan kepada pimpinan mereka: sebelum ada langkah konkrit yang memuaskan masyarakat internasional, mereka akan terus menghadapi tekanan dan pengucilan yang meningkat," kata Clinton.
AS sudah memberi waktu bagi negara-negara lain agar mengurangi pembelian minyak dari Iran supaya tidak terkena sanksi, yang akan mulai berlaku pada 28 Juni 2012. Semua bank atau institusi keuangan di negara yang masih bertransaksi minyak dengan Iran dalam partai besar bakal diputus dari jaringan keuangan internasional yang dikelola AS.
Kini, hanya China yang masih masuk dalam daftar pembeli minyak utama dari Iran. Negara komunis itu bisa terancam sanksi dari AS pada akhir bulan ini. China diketahui mengimpor seperlima dari total ekspor minyak mentah Iran.
Tekanan ini merupakan cara dari AS untuk menekan Iran agar bersedia melucuti teknologi nuklirnya, karena dikhawatirkan bisa dikembangkan sebagai senjata pemusnah massal. Iran sendiri berkali-kali menegaskan bahwa nuklir mereka hanya untuk tujuan damai - seperti penelitian dan pembangkit listrik - sehingga masih tidak sudi melucuti teknologi itu. (umi)
• VIVAnews