"Masalah Suriah itu sudah sangat serius dan tidak bisa ditoleransi."
JUM'AT, 29 JUNI 2012, 20:08 WIB
Maya Sofia, Indrani Putri
Mobil hancur akibat ledakan di Damaskus, Suriah (REUTERS/Khaled al-Hariri)
VIVAnews - Gejolak Suriah yang tidak kunjung henti terus mengundang kecaman dari masyarakat internasional. Salah satu negara pecahan Uni Soviet, Georgia, mengambil sikap yang sama dengan Indonesia terkait masalah ini.
"Masalah Suriah itu sudah sangat serius dan tidak bisa ditoleransi lagi, mengingat wanita dan anak-anak juga turut menjadi korban. Kami mendukung sikap Liga Arab dan PBB bahwa kekerasan harus dihentikan secepatnya," ujar Menteri Luar Negeri Georgia, Grigol Vashadze di Jakarta, Jumat, 29 Juni 2012.
Vashadze menambahkan, negara yang baik seharusnya tidak memerangi perbedaan pandangan yang ada di rakyatnya menggunakan kekerasan dan senjata. Dia juga menyatakan tidak setuju dengan sikap Rusia terhadap Suriah.
Sementara itu, menurut Menlu RI, Marty Natalegawa, pemerintah telah menyiapkan beberapa opsi terkait penyelamatan WNI di Suriah. Menurut dia, pemerintah saat ini hanya bisa memastikan WNI di Suriah berada jauh dari kantong konflik.
Proses penyelamatan WNI hingga saat ini juga masih terus dijalankan secara bertahap. "Intinya, Indonesia menyerukan bahwa kekerasan di Suriah harus dihentikan melalui modalitas yang telah ditetapkan, yaitu tim pengamat dari PBB. Namun, kami juga harus siap seandainya cara ini tidak memadai," kata Marty.
Jika hal ini terjadi, pemerintah harus memikirkan opsi lain yang dapat memperkuat mandat untuk menciptakan perdamaian. "Ini merupakan sebuah proses, jadi kami tidak bisa gegabah," ujarnya. (art)