Aulia Akbar
Selasa, 10 Juli 2012 07:17 wib
Foto : Presiden Suriah Bashar al Assad (guardian)
DAMASKUS - Presiden Suriah Bashar al Assad mengatakan dirinya tidak takut bila harus terbunuh seperti mantan penguasa Libya Moammar Khadafi, atau tergulingkan seperti mantan Presiden Mesir Husni Mubarak. Assad tetap menyalahkan Barat dan sejumlah negara Arab terkait krisis Suriah.
Assad mengaku, dirinya tidak memiliki kesamaan dengan Khadafi dan Mubarak. Assad juga tidak menghiraukan keluarganya, yakni istri dan ketiga anaknya, bila dirinya tergulingkan dari tampuk kekuasaan.
"Situasi di sini (Suriah) sangat berbeda. Apa yang terjadi di Mesir, tidak sama dengan yang terjadi di Suriah, Anda tidak bisa membandingkannya," ujar Assad, seperti dikutip ARD, Selasa (10/7/2012).
Presiden berusia 46 tahun itu menegaskan kembali, kondisi di negaranya juga sangat berbeda dengan Libya yang pernah dilanda peperangan. Menurut Assad, Khadafi mengalami penyiksaan yang sangat keji. Pembunuhan Khadafi juga digolongkan sebagai tindak kejahatan.
Selama 16 bulan pemberontakan muncul di Suriah, Assad mengatakan bahwa korban jiwa yang bermunculan adalah warga pendukung Pemerintah Suriah. Korban jiwa itu pun tidak hanya berasal dari warga sipil, melainkan juga militer.
Putra dari Hafedz al Assad itu menjelaskan tentang tuntutan warganya selama ini. Warga Suriah diklaim menginginkan sebuah reformasi politik dan bukanlah sebuah "kebebasan." Mereka dianggap masih loyal terhadap Assad.
"Presiden tidak boleh lari dari tantangan ini dan kami menghadapi tantangan nasional di Suriah. Namun kita tidak bisa terus menuntut dialog, sementara para teroris (oposisi bersenjata) itu membantai warga dan pasukan kita," tegasnya.
Sejauh ini, Assad menganggap pengaruh asing sebagai penyebab dari krisis Suriah. Pihak asing itu adalah Amerika Serikat (AS), Arab Saudi, Qatar, dan Turki.(AUL)