Khairisa Ferida
Selasa, 07 Agustus 2012 21:05 wib
Presiden Mesir Mohamed Morsi (Foto: The Guardian)
KAIRO - Di bawah kepemimpinan Husni Mubarak, Istana Kepresidenan Ittihadiya, Mesir, adalah lambang kedigdayaan sekaligus menakutkan bagi rakyat Mesir. Namun, terpilihnya Morsi sebagai orang nomor satu di Negeri Piramida itu, seketika mengubah stigma tersebut.
Hampir setiap hari, rakyat Mesir berbondong-bondong mendatangi bangunan berwarna putih itu, untuk menyaksikan langsung puing-puing keruntuhan Mubarak. Tidak hanya diizinkan untuk masuk ke lokasi Istana Presiden, Morsi juga turut memerintahkan para stafnya untuk membentuk sebuah mekanisme yang memungkinkan rakyat untuk datang langsung dan mengungkapkan keluh kesah mereka.
Kebijakan baru ini dinilai merupakan upaya Morsi untuk menampilkan citra sebagai seorang rakyat sekaligus pelayan yang mewakili demokrasi. Sejauh ini, Istana Kepresidenan dikabarkan telah menerima sejumlah warga dengan berbagai latar belakang, termasuk di antaranya petani yang tidak puas dengan hukum sewa. Kebijakan Morsi ini disambut baik oleh warga Mesir.
"Bisakah kita berdiri di sini seperti ini selama berhari-hari ketika Mubarak masih memerintah? Atau bahkan bisakah kita berbicara?" ujar Kepala Kelompok Tani dari Fayoum, Hafez Abdel Mawla, seperti dilansirWashington Post, Selasa (7/8/2012).
Seorang guru yang dipecat dari pekerjaannnya tanpa alasan pada 2007, Nagwan Amin, juga datang ke Istana Kepresidenan untuk mengutarakan keluhannya. "Sebelumnya saudara Saya telah lebih dulu datang ke tempat ini. Dia diterima dengan baik, bahkan mereka memanggilnya kembali untuk menindaklanjuti keluhannya. Saya saat ini tengah menunggu untuk dipanggil," ujar Amin.
Sebagian kalangan menilai, kebijakan Presiden Morsi ini adalah bagian dari upayanya untuk memulihkan kondisi ekonomi, serta memperkuat pijakan kebijakan luar negeri Mesir dengan menangani berbagai keluhan rakyat. Beberapa pendahulu Morsi, yakni Presiden Mubarak, Anwar Sadat, dan Gamal Abdul Nasser, sempat melakukan taktik yang sama. Namun tidak satu pun dari mereka memberikan respons atas keluhan tersebut, kendati pada awalnya rakyat diberikan ruang untuk mengadukan kesulitan mereka. "Semangat positif seperti ini awalnya selalu muncul di permukaan," ujar Direktur Hak Asasi Manusia Hassad.
Morsi kabarnya telah mulai ambil bagian dalam sebuah siaran radio harian berjudul "The People Ask and the President Respons". Menurut Morsi dalam waktu singkat saja terdapat 40 ribu keluhan warga yang telah diterima. Selain Istana Kepresidenan Ittihadiya, terdapat beberapa istana lainnya yang juga dibuka untuk umum. Yakni, Oruba Palace serta dua istana lainnya yang berada di Kairo, El Qobba, dan Abdeen.
(rhs)