Fajar Nugraha - Okezone
Mohammad Mossadegh (Foto: Foreign Policy)
WASHINGTON - Setelah 60 tahun digulingkannya Perdana Menteri Iran Mohammad Mossadegh, sebuah dokumen CIA menyebutkan pengakuan bahwa Dinas Intelijen Amerika Serikat (AS) itu terlibat dalam kudeta yang terjadi pada 1953 tersebut.
The Independent National Security Archive Research Institute yang melaporkan dokumen ini menjelaskan, penguakan laporan tersebut diyakini menandakan pengakuan formal atas keterlibatan AS dalam penggulingan Mossadegh.
Dokumen yang dibuka pada 2011 itu diberikan kepada kelompok peneliti dari George Washington University sesuai dengan Undang-Undang Kebebasan Informasi AS. Dokumen ini menunjuk sejarah keterlibatan CIA di Iran pada pertengahan 1970 dan memaparkan secara detail mengenai upaya CIA melengserkan Mossadegh.
Pada pernyataan yang dikeluarkan oleh editor yang mengerjakan dokumen tersebut, Malcom Byrne, CIA menjelaskan keterlibatannya dalam kudeta itu.
"Kudeta militer yang melengserkan Mossadegh dan Kabinet Front Nasionalnya, dilakukan atas arahan CIA dan berdasarkan kebijakan luar negeri AS. Hal ini diketahui dan disetujui oleh petinggi di Pemerintahan AS saat itu," isi dari dokumen tersebut, seperti dikutip CNN, Selasa (20/8/2013).
Meski ini menunjukkan sebagai pengakuan formal pertama CIA, peran AS dalam penggulingan Mossadegh pada dasarnya sudah diketahui secara umum. Presiden Barack Obama juga mengakui keterlibatan AS dalam kudeta tersebut, ketika dirinya memberikan pidato di Kairo, Mesir pada 2009 lalu.
"Di tengah kecamuk Perang Dingin, Amerika Serikat memegang peran penting melengserkan Pemerintah Iran yang terpilih secara demokratis," ujar Obama saat pidatonya.
Pada 2000, mantan Menteri Luar Negeri AS Madeleine Albright juga sempat membicarakan intervensi AS itu. Di tahun yang sama, surat kabar The New York Times mempublikasikan tentang bocornya dokumen CIA mengenai lengsernya Mossadegh.
Rakyat Iran memilih Mossadegh sebagai perdana menteri pada 1951. Dengan cepat, Mossadegh melakukan nasionalisasi produksi minyak. Langkah ini dianggap sebagai tamparan bagi AS dan Inggris, namun memberikan peluang besar kepada Uni Soviet.
Beberapa saat setelah Mossadegh terpilih, CIA mulai merencanakan kudeta terhadapnya. Tujuannya yaitu memperkuat kekuasaan Shah Mohammad Reza Pahlavi dan menunjuk perdana menteri baru, Jenderal Fazlollah Zahedi. Sebelum kudeta, CIA bersama SIS Inggris membantu pembentukan front anti-Mossadegh.
Segera setelah kudeta, Mossadegh divonis hukuman mati, tetapi eksekusi mati tidak pernah dilakukan. Mantan Pemimpin Iran itu akhirnya wafat pada 1967 di Teheran. Setelah 60 tahun kejadian itu, kudeta 1953 masih menjadi masalah dalam hubungan AS-Iran. (faj)