Demo Netanyahu, Ribuan Warga Tetap Patuhi Social Distancing
22 April 2020, 09:00:00 Dilihat: 816x
Jakarta -- Ribuan warga Israel menggelar unjuk rasa terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu di alun-alun yang terletak di jantung kota Tel Aviv, Minggu (19/4). Uniknya, protes digelar dengan tetap mematuhi aturan social distancing guna mencegah penularan dan penyebaran virus corona (Covid-19).
Tanda silang dibuat setiap jarak 2 meter di lantai alun-alun tersebut sebagai penanda seseorang untuk berdiri.
Panitia penyelenggara demonstrasi mengklaim telah membuat 2.800 marka silang untuk unjuk rasa tersebut meski akhirnya jumlah orang yang berunjuk rasa melebihi marka yang ada. Peserta unjuk rasa yang tak kebagian tempat di alun-alun terpaksa berdiri di jalan sekeliling alun-alun.
Para pedemo membawa bendera Israel dan bendera hitam polos sebagai simbol serangan Netanyahu dengan demokrasi Israel.
Mereka juga mengenakan masker sebagai bentuk kepedulian pencegahan virus corona. Seorang pedemo membentangkan spanduk bertuliskan "Saya tidak akan diam karena wajah negara saya telah diubah".
Pekan ini, pemerintah Israel sebenarnya telah melonggarkan batasan ketat yang diterapkan untuk mencegah penyebaran virus corona. Namun, dalam pembatasan yang ketat pun aksi protes tetap diperbolehkan selama para peserta tetap mematuhi protokol kesehatan dari pemerintah.
"Mereka [pemerintah] bilang akan ada penambahan signifikan dalam kasus corona," kata panitia demonstrasi Shikma Schwarzmann, "tapi yang terlihat saat ini adalah peningkatan jumlah orang yang sadar untuk membela negara ini, demokrasi kami".
Netanyahu sedang menjalani sidang kasus penipuan, pelanggaran kepercayaan, serta penerimaan suap. Dia juga masih menegosiasikan kesepakatan pembagian kekuasaan agar dapat membentuk pemerintahan koalisi.
Berbicara di antara massa aksi, anggota parlemen Yair Lapid mengkritik Netanyahu dan menyindir Ketua Parlemen Benny Gantz.
Sebelumnya Lapid dan Gantz pernah bersama-sama di Aliansi Biru Putih. Namun keduanya berpisah jalan setelah Gantz, pada bulan lalu, bersedia bekerja sama dengan Netanyahu. Manuver Gantz membuat aliansi terbelah dan Lapid mendorong faksinya ke barisan oposisi.
"Anda tidak bisa melawan korupsi dari dalam. Jika Anda berada di dalam, Anda bagian dari itu," kata Gantz. "Kami berada di sini untuk menegaskan bahwa kami tak pernah menyerah. Sudah terlalu banyak orang baik yang akhirnya menyerah," kata dia lagi.
"Begitulah cara demokrasi mati di Abad 21. Demokrasi tidak mati karena tank yang menduduki parlemen. Demokrasi mati dari dalam karena banyak orang-orang baik yang diam dan orang-orang lemah yang menyerah".
"Dari luar memang semuanya tampa sama. Parlemen masih berdiri di tempat yang sama, marching band polisi memainkan lagu kebangsaan yang sama, dengan pemimpin yang tidak berubah. Dia tetap sama, masih terdengar sama, tapi bukan lagi sebagai sebuah demokrasi," lanjut Lapid.
Sumber : cnnindonesia.com