Corona RI Tertinggi di ASEAN, Jumlah Tes Kalah dari Filipina
18 Oktober 2020, 09:00:00 Dilihat: 373x
Jakarta -- Indonesia dan Filipina merupakan dua negara urutan teratas jumlah kumulatif positif corona di Aia Tenggara. Menilik data Worldometer, Indonesia kini berada di posisi pertama sementara Filipina kedua. Di sisi lain, jumlah testing corona Indonesia berada di bawah Filipina.
Website tersebut diakses CNNIndonesia.com pada 16 September 2020 pukul 09.00 WIB. Di website itu, Indonesia melaporkan 349.160 kasus positif corona secara kumulatif, Filipina 348.698.
Untuk jumlah testing, Filipina telah melakukan pengujian sebanyak 4.267.571 sementara Indonesia ratusan ribu di bawahnya yakni 3.935.112 testing.
Jumlah kematian yang dilaporkan akibat virus corona Filipina juga lebih sedikit dari Indonesia. Filipina mencatat 6,497 jumlah kematian sedangkan Indonesia 12.268.
Menurut perhitungan Wall Street Journal, Indonesia negara dengan penduduk terpadat keempat di dunia baru menguji sebagian kecil penduduknya. Rinciannya hanya delapan tes yang dilakukan per 1.000 penduduk.
Sedangkan Filipina, melakukan 34 testing per 1.000 penduduk. Perbandingan lainnya, Indonesia bahkan kalah dengan Meksiko yang merupakan negara dengan jumlah testing corona terendah sedunia.
Meksiko telah menguji 13 dari 1.000 orang - sekitar 60% lebih tinggi dari Indonesia. India, yang melaporkan jumlah sampel yang diuji daripada orang yang diuji, telah melakukan 60 tes per 1.000 orang.
Data di India itu menurut perhitungan Wall Streat lebih dari empat kali lipat jumlah sampel per 1.000 orang yang telah ditesting corona di Indonesia.
Setiap negara memang memiliki metodologi berbeda untuk menghitung total pengujian nasional, sehingga angka dari negara ke negara mungkin tidak dapat dibandingkan secara langsung.
Meskipun demikian, hal tersebut dapat memberikan indikasi umum sejauh mana pemerintah tiap negara melacak pandemi.
Di Indonesia, kurangnya pengujian yang tepat juga berarti bahwa banyak orang dengan Covid-19 tidak didiagnosis dan tidak tahu kapan harus mengisolasi, memperburuk penyebaran penyakit, kata para ahli kesehatan masyarakat.
Alih-alih menggunakan PCR test yang berbasis mengambil sampel pada air liur atau usap hidung, Indonesia masih lebih banyak mengandalkan rapid test yang akurasinya masih banyak dipertanyakan ahli.
Seorang direktur perusahaan teknologi Indonesia, Yasha Chatab mengatakan dia dilarikan ke ruang gawat darurat bulan lalu karena demam tinggi. Sesampai di sana dia dibawa ke ruang gawat darurat karena demam tinggi.
Dia diberi tes rapid yang hasilnya negatif dan sepulang dari rumah sakit hanya diberi resep antibiotik. Dia pulang ke rumah tetapi masih sempat pergi untuk membeli kebutuhan.
Ketika kondisinya tidak kunjung membaik setelah beberapa hari, dia pergi ke klinik medis dan kali ini dites PCR, hasilnya positif tiga hari kemudian.
"Ini menimbulkan risiko yang sangat besar karena memberi saya rasa aman yang palsu," kata Chatab.
"Saya tidak akan keluar sama sekali jika tahu terinfeksi."
Secara nasional, hanya sekitar 25.000 hingga 30.000 orang di Indonesia yang menerima tes PCR dalam satu hari.
"Sulit untuk memastikan tindakan apa yang benar sementara pada saat yang sama meragukan kualitas datanya," kata seorang ahli epidemiologi di Universitas Padjadjaran, Panji Hadisoemarto.
Sepanjang pandemi, Indonesia telah menghindari penguncian nasional, meskipun beberapa daerah telah menerapkan pembatasan pergerakan.
Beberapa waktu lalu, Presiden RI Joko Widodo kembali membentuk gugus tugas baru yang dipimpin oleh Menteri Koordinator Maritim dan Investasi Luhut Pandjatian.
Pada Selasa (15/9), Luhut mengungkapkan bahwa Presiden telah memerintahkan beberapa hal padanya terkait penangan pandemi di dalam negeri.
"Presiden perintahkan dalam waktu dua minggu kita harus bisa mencapai tiga sasaran yaitu penurunan penambahan kasus harian, peningkatan recovery rate, dan penurunan mortality rate," ucap Luhut dalam rapat koordinasi virtual melalui keterangan tertulis di situs resmi Kemenko Marves, Selasa (15/9).
Namun kemarin, (15/10) berdasarkan penghitungan CNNIndonesia.com, Luhut tidak bisa melakukan hal itu. Satu bulan ditangani oleh purnawirawan jenderal TNI tersebut, penurunan akumulasi kasus positif Covid-19 di sembilan provinsi prioritas belum ada tren peningkatan.
Di pekan awal September (1-7 September), akumulasi kasus positif sebanyak 16.682 kasus, kemudian meningkat di pekan kedua menjadi 17.942.
Pada pekan ketiga September menjadi pertama kalinya Luhut turun tangan. Di pekan ini yakni 15-21 September, akumulasi kasus positif justru meningkat menjadi 19.026 kasus.
Sumber : cnnindonesia.com