Lenyapnya Lobster-lobster dari Jayanti
22 April 2022, 11:19:10 Dilihat: 393x

Cianjur, Universitas Narotama -- Pagi mulai tua di Pasar Pelelangan Ikan Jayanti, Cianjur, pengujung Maret lalu. Namun barisan perempuan masih setia berdiri di depan meja yang menjajakan hasil laut.

Ada cukup banyak ikan ditawarkan, mulai dari kakap merah, ikan layur sampai cumi. Sayangnya, tidak ada lobster di barisan meja mereka.

"Lobster jual juga. Tapi sekarang kosong. Lagi jarang," kata Rini, salah satu pedagang, sambil mengibas ringan lalat yang hinggap semaunya.

Rini dan sejawat bukan satu-satunya pedagang yang tidak menjual lobster. Sejumlah lapak lain pun sama. Padahal, Jayanti sejak dulu dikenal sebagai penghasil lobster terbanyak di Jawa Barat.

Raibnya lobster bukan karena dibeli orang. Menurut Dadang, salah satu nelayan di sana, keberadaannya semakin langka.

Dadang setiap sore pergi melaut dengan anaknya, Ayi. Berangkat jam empat atau lima sore, lalu pulang pukul tujuh pagi.

Semalaman mereka mencari ikan jenis apapun untuk dijual. Kakap merah, tenggiri, layur, cumi, lobster. Semuanya jika bisa.

Setiap melaut pula Dadang selalu berharap ada barang satu atau dua lobster yang nyangkut. Selain banyak peminatnya, harga jual lobster juga lebih mahal daripada hasil laut lain.

"Ikan tenggiri Rp90 ribu per kg, layur dan kakap Rp35 ribu per kg. Kalo lobster bisa sampai Rp300 ribu per kg," kata Dadang.

Mau Dadang menjaring lobster lebih sering menepuk angin. Sehari-hari ia justru lebih banyak mendapatkan ikan layur. Menurut pria paruh baya itu, selain keberadaan yang makin langka, saat itu musim panen pun belum tiba.

"Lobster musimnya dua tahun sekali. Mungkin dua bulan lagi," kata Dadang yang saat itu hendak melaut.

Ada ratusan warga Jayanti yang juga berprofesi nelayan. Seperti Dadang, musim panen lobster bagi mereka adalah sebuah anugerah.

Selama masa panen kesempatan menjaring lobster lebih besar. Artinya, mereka bisa mengantongi lebih banyak uang dari biasanya. Apalagi, hidup para nelayan bergantung hasil melaut.

Ada cukup banyak ikan yang ditangkap nelayan Jayanti, mulai dari kakap merah, ikan layur sampai cumi. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Tak Hanya Soal Musim

Dadang tak memungkiri sepinya lobster di laut disebabkan masalah lain. Tak cuma musim panen yang belum datang.

Dia ingat, beberapa bulan lalu, masih ada nelayan yang menjual bayi lobster atau benur ke bandar.

Praktik jual-beli benur memang tak seramai dulu ketika benur diperjualbelikan secara legal. Namun akibat jual beli itu lobster jadi susah dicari.

"Memang ada yang ambil benur tapi udah diambil sama aparat. Ditangkap. Bulan kemarin lah. Sekarang juga belum keluar. makanya berhenti. Kan, enggak boleh," cerita Dadang.

Dadang berharap semua penjual benur ditindak sesuai hukum yang berlaku. Ia khawatir jika benur banyak dijual, lobster di Jayanti akan punah.

"Mungkin sekarang mah udah enggak ada yang jual benur," kata dia. "Tapi kalau dibiarin bisa abis lobster."

Salah satu sesepuh di Jayanti, Endang, menyebut sejak 1965, baru kali ini lobster susah dicari. Padahal, dulu melimpah.

Namun, Endang enggan berkomentar lebih jauh soal penjualan benur yang membuat lobster langka.

"Ya ada bandarnya, jangan tanya saya, takut. Enggak paham, ah," kilahnya.

Juru Bicara Menteri Kelautan dan Perikanan, Wahyu Muryadi menjelaskan saat ini jual beli benur ke luar negeri dilarang. Namun, jika di dalam negeri, masih diperbolehkan.

"Melalulintaskan benih bening lobster (BBL) ke wilayah lain di tanah air masih dibolehkan asal tidak dibawa ke luar negeri," kata Wahyu kepada CNNIndonesia.com.

Menurutnya kebijakan itu tidak akan membuat lobster di satu tempat menjadi langka. Apa lagi, kata dia, jika lobster itu dijual untuk dibudidayakan di daerah lain.

"Misalnya benur Cianjur dijual ke Bogor atau kabupaten lain yang melakukan pembesaran melalui keramba jaring apung," ujar dia.

Selain menikmati keindahan alam, wisatawan Pantai Jayanti juga acap kali mencari kuliner seafood. (CNN Indonesia/Adi Ibrahim)

Lobster Langka Tetap Dinanti

Dari segambreng ikan dan hasil laut, lobster tetap terfavorit bagi nelayan, pedagang ikan, pemilik restoran sampai wisatawan.

Darwono, salah satu wisatawan dari Cianjur Kota, sudah dua kali ke Jayanti untuk berburu seafood yang terkenal sedap.

Ia bahkan berjanji di lain waktu akan kembali datang ke Jayanti untuk menyantap menu-menu seafood itu lagi, terutama lobster.

"Nanti akan dicoba lobsternya. Itu kan lokal," kata Darwono.

Memecahkan cangkang dengan pisau, mengorek-ngorek daging di setiap rongga tubuh lobster menjadi kenikmatan tersendiri dalam menyantap seafood yang satu ini.

Apalagi, menyantap lobster di Jayanti. Semilir angin, deburan ombak, jadi penyempurna.

 

Sumber = cnnindonesia.com/sosial-dan-budaya

Share:

UN Videos

Java Coffee Culture and Festival Peneleh 2024
Rapat Terbuka Senat dalam rangka Wisuda Sarjana ke - 56 dan Magister ke - 44
Wisuda Sarjana Ke 54 dan Magister Ke 42 Universitas Narotama

UN Cooperation

De Montfort Leicester University Alexandria University Chiang mai university Derby University
 
Essex I Coe Rel UTHM ICOGOIA University Malaysia PAHANG Universiti Utara Malaysia
 
National University Kaohsiung Taiwan Politeknik Sultan Mizan Zainal Abidin Prince Sultan University Quest Nawab Shah Pakistan Universiti Teknologi MARA
 
Universiti Kebangsaan Malaysia Universiti Malaysia Kelantan Universiti Malaysia Perlis Universiti Zainal Abidin Universiti Sains Malaysia
 
Universiti Pendidikan Sultan Idris Erasmus

 

INTAKINDO PT. Aria Jasa Konsultan Bumi Harmoni Indoguna Cakra Buana Consultan Ciria Jasa Consultant
 
Internasional Peneliti Sosial Ekonomi Teknologi PT. Jasa Raharja NOKIA INKINDO MASKA
 
Surabaya TV PT. Amythas General Consultant
 
       

 

Perkumpulan Ahli dan Dosen Republik Indonesia IT Telkom Surabaya Institut Aditama Surabaya Institut Teknologi Nasional Malang
 
Institut Teknologi 10 Nopember Surabaya Politeknik Negeri Malang Universitas Pakuan Universitas Nasional Kualita Pendidikan Indonesia
 
Universitas Wijaya Kusuma Surabaya Universitas Nurul Jadid Paiton Probolinggo Politeknik Elektronika Negeri Surabaya Politeknik Negeri Bali Sekolah Tinggi Agama Islam Salahuddin Pasuruan
 
Sekolah Tinggi Agama Islam Miftahul `Ula Nganjuk Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Al Anwar Mojokerto STIE NU Trate Gresik Sekolah Tingi Ilmu Ekonomi Widya Gama Lumajang Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Yapan Surabaya
 
STIE Pemuda STIKOSA STKIP PGRI Bangkalan STKIP PGRI Jombang STKIP PGRI Sidoarjo
 
STT Pomosda Nganjuk UINSA Universitas Mercu Buana Universitas Airlangga Universitas Darul `Ulum Jombang
 
Universitas Negeri Surabaya Universitas Brawijaya Malang Teknik Sipil Universitas Negeri Surabaya Universitas PGRI Adi Buana Surabaya UNIPDU
 
UNISLA UNISMA Universitas 45 Bekasi Universitas Dr.Soetomo UNITRI
 
Universitas 45 Surabaya Universitas Bondowoso Universitas Islam Madura Pamekasan Universitas Jember Universitas Maarif Hasyim Latif
 
Universitas Madura Universitas Merdeka Surabaya Universitas Bina Darma Universitas Wijaya Putra Universitas Padjajaran
 
Universitas Muhammadiyah Malang Universitas Muhammadiyah Papua Universitas Muhammadiyah Sidoarjo Universitas Muhammadiyah Surabaya Universitas Negeri Malang
 
Universitas Islam Raden Rahmat Universitas Widyagama Malang Universitas Pembangunan Nasional Veteran Surabaya UWIKA Universitas Wijaya Kusuma Surabaya
 
UNIVERSITAS SUNAN BONANG TUBAN Universitas 17 Agustus Surabaya UNUGIRI Bojonegoro Universitas Nahdlatul Ulama Surabaya
 
Akademi Pariwisata Majapahit  

 

Copyright © 2024 by UN | Universitas Narotama, All Rights Reserved.