Gelombang Panas 'Bakar' Asia, Tetangga RI Catatkan Rekor!
04 Mei 2023, 10:31:51 Dilihat: 260x
Jakarta, Universitas Narotama -- Beberapa negara di Benua Asia telah melaporkan rekor temperatur panas terbaru pada bulan April 2023. Hal ini bahkan memaksa sebagian negara mengalami perubahan perilaku masyarakat.
Pada Selasa, (25/4/2023) empat stasiun cuaca di Myanmar mencapai atau menyamai rekor suhu bulanan, dengan Theinzayet, di negara bagian Mon Timur, mencapai suhu tertinggi pada 43 derajat C.
"Pada Rabu, Bago, timur laut Yangon, mencapai 42,2 derajat Celcius, menyamai rekor sepanjang masa yang sebelumnya tercatat pada Mei 2020 dan April 2019," tutur Maximiliano Herrera, ahli iklim dan sejarawan cuaca, kepada The Guardian.
Di Thailand, akhir pekan lalu pihak berwenang menyarankan orang-orang di Bangkok dan daerah lain di negara itu untuk tinggal di rumah agar tidak sakit. Suhu mencapai 42 derajat C di ibu kota pada Sabtu, dan indeks panas, yang berarti seperti apa rasanya suhu dikombinasikan dengan kelembaban, mencapai 54 derajat C.
Cuaca panas juga telah berkontribusi pada rekor konsumsi listrik di Thailand, dengan negara tersebut mengkonsumsi lebih dari 39.000 megawatt (MW) pada 6 April, lebih tinggi dari rekor sebelumnya sebesar 32.000 MW pada April tahun lalu. Ini diakibatkan penggunaan AC yang lebih intens.
Untungnya, hujan di Bangkok pada Rabu meredakan suhu. Pihak berwenang juga mengatakan mereka yakin musim panas kini telah mencapai puncaknya.
Di Filipina, mengelola panas merupakan tantangan khusus karena kalender sekolah bergeser selama pandemi, yang berarti siswa sekarang menghabiskan bulan-bulan terpanas dalam setahun di ruang kelas. Ini mendorong ratusan sekolah telah beralih ke pembelajaran jarak jauh untuk mencegah siswa jatuh sakit.
Bulan lalu, lebih dari 100 siswa dirawat di rumah sakit di Laguna, Tenggara Manila, karena dehidrasi setelah mengikuti latihan kebakaran saat suhu antara 39 derajat Celcius dan 42 derajat Celcius.
Di Bangladesh, suhu naik di atas 40 derajat Celcius di ibu kota, Dhaka, awal bulan ini, menandai hari terpanas dalam 58 tahun dan menyebabkan permukaan jalan mencair.
Secara global, 2022 digolongkan sebagai salah satu tahun terpanas yang tercatat, dan delapan tahun terakhir secara kolektif merupakan tahun terpanas yang didokumentasikan oleh sains modern. Dipercaya bahwa kembalinya fenomena cuaca El Nino tahun ini akan menyebabkan suhu makin meningkat.
"Yang termiskin dari yang miskin akan (menderita) paling banyak. Terutama, ini menghancurkan komunitas petani, orang-orang yang bergantung pada pertanian atau perikanan," kata Fahad Saeed, pemimpin regional untuk Asia Selatan dan Timur Tengah di Climate Analytics, sebuah lembaga kebijakan ilmu iklim.
Sementara itu, International Centre for Integrated Mountain Development (Icimod), telah mengangkat keprihatinan khusus tentang dampak pemanasan global di wilayah Hindu Kush Himalaya. Pasalnya, wilayah itu menyimpan kumpulan air beku terbesar ketiga di dunia.
"Perubahan iklim yang disebabkan oleh manusia adalah penyebab utama meningkatnya jumlah dan keganasan gelombang panas yang kita lihat di seluruh Asia. Ini menandakan fakta bahwa darurat iklim ada di sini untuk wilayah ini," kata Spesialis Iklim dan Lingkungan di Icimod, Deepshikha Sharma.