Apa Alasan Indonesia Tak Dilanda Heatwave Seperti Thailand-Vietnam?
13 Juni 2023, 14:44:37 Dilihat: 338x
Jakarta, Universitas Narotama -- Indonesia tidak dilanda gelombang panas seperti Thailand, Laos dan Vietnam. Mengapa demikian?
Sebelumnya, sejumlah negara Asia Tenggara seperti Thailand, Laos dan Vietnam dilanda gelombang panas yang membuat suhu mencapai tingkat yang belum pernah dialami sebelumnya.
Di Thailand, rekor hari terpanas dalam sejarah pecah pada 15 April saat suhu mencapai 45,4° Celsius. Di Laos, suhu mencapai 43,5° Celsius selama dua hari berturut-turut pada Mei lalu.
Rekor sepanjang masa Vietnam pecahdi awal Mei dengan 44,2º Celcius. Pada 1 Juni, Vietnam memecahkan rekor untuk hari terpanas bulan Juni dalam sejarah dengan 43,8º Celsius.
Namun fenomena itu tidak terjadi di Indonesia lantaran kondisi geografis yang menguntungkan. Hal tersebut dikatakan Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati.
Pertama, wilayah Indonesia merupakankepulauan, dengan lebih dari 60 persen-nya adalah lautan, bukan benua atau daratan yang luas.
"Sehingga fenomena heatwave yang berdampak pada peningkatan suhu udara sulit terjadi di wilayah Indonesia," ucapnya, dalam konferensi pers daring,Selasa (6/6).
"Fungsi lautan itu sebagai pendingin, sehingga sulit untuk mengalami gelombang panas," lanjutnya.
Deputi Bidang Meteorologi BMKG Guswanto menambahkan kondisi yang dialami Indonesia saat ini hanya panas terik harian.
"Kalau melihat apakah sudah mengalami heatwave, saat ini di Indonesia tidak mengalami heatwave, ini adalah panas terik variasi harian," ucapnya.
Lebih lanjut, heatwave atau gelombang panas tidak menyapa Indonesia lantaran beberapa hal. Pertama, gelombang panas umumnya terjadi pada wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi, di belahan Bumi bagian utara atau selatan.
Kedua, terjadi pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar, atau wilayah kontinental atau sub-kontinental.
"Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas."
Ketiga, gelombang panas biasanya terjadi berkaitan dengan berkembangnya pola cuaca sistem tekanan atmosfer tinggi di suatu area dengan luasan yang besar secara persisten dalam beberapa hari.
Keempat, sesuai standar Organisasi Meteorologi Dunia (WMO), gelombang panas mesti ditandai dengan kenaikan 5º C dalam tempo lima hari berturut-turut.
Sementara, katanya, fenomena udara panas yang terjadi di Indonesia belakangan tidak termasuk ke dalam kategori gelombang panas.
Secara karakteristik fenomena, Urip menyebut suhu panas di wilayah Indonesia merupakan fenomena akibat dari adanya gerak semu Matahari yang merupakan suatu siklus yang biasa dan terjadi setiap tahun.
Secara klimatologis, dalam hal ini untuk Jakarta, "bulan April - Mei - Juni adalah bulan - bulan di mana suhu maksimum mencapai puncaknya, selain Oktober - November."