Ukraina Siap Lenyapkan Pasukan Rusia Sebelum Menyerah Total
15 Juni 2023, 22:34:38 Dilihat: 384x
Jakarta, Universitas Narotama -- Pasukan Ukraina siap melenyapkan pasukan Rusia sebelum mereka menyerah secara dramatis di Kota Bakhmut.
Rekaman drone dari unit brigade mekanik ke-92 Ukraina menunjukkan penyerahan diri terjadi di parit pada Mei lalu.
Komandan divisi drone Achilles Brigade ke-92. Yuriy Fedorenko, mengonfirmasi penyerahan diri itu.
"Saat dia menyadari bahwa dia akan mati, dia membuang senapan mesin, mengangkat tangan, dan mengatakan tak melanjutkan pertempuran," kata Fedorenko, seperti dikutip CNN, Kamis (15/6).
Ia kemudian berujar, "Di saat yang sama, kami punya helikopter dengan bahan peledak yang siap meledakkan dia."
Sejak pasukan Rusia melempar senjata Rusia dan menunjukkan gestur dia menyerah, Fedorenko mengatakan tentara Ukraina meminta dia untuk menyerah.
Sebuah rekaman menunjukkan pasukan Rusia lari tunggang-langgang dari serangan drone Ukraina di pertempuran Bakhmut.
Tentara itu lalu berhenti dan berkomunikasi dengan drone melalui tangan. Video tersebut telah diedit dengan ditambah musik. CNN belum melihat video aslinya.
Terkait penyerahan diri, Wall Street Journal mewawancarai tentara Rusia di kamp tahanan Kharkiv pada 19 Mei, di bawah pengawasan penjaga.
Reporter WSJ juga berbicara dengan pilot drone Ukraina yang memutuskan mengampuni nyawa dia usai melihat permohonannya.
"Meskipun dia musuh, saya tetap memaafkan dia," kata pilot itu di laporan WSJ.
Dalam laporan WSJ, rekaman menunjukkan tentara mengikuti drone, menghindari mortir di sepanjang jalan.
Setelah tiba di posisi Ukraina, tentara tersebut dilaporkan berlutut, melepas helm, dan jaket antipeluru.
Pasukan Ukraina lalu menahan dan memasukkan dia ke truk Humvee. Ia lalu dia dibawa ke fasilitas penahanan di wilayah Kharkiv.
"Ini mungkin kasus yang belum pernah terjadi sebelumnya ketika, melalui kerja terkoordinasi brigade dan komponen pengintaian udara, kami berhasil menangkap penjajah," kata Fedorenko.
Menurut WSJ, tentara Rusia dan eks narapidana itu bekerja sebagai manajer toko minuman keras sebelum direkrut pada September lalu, bertepatan dengan mobilisasi dari Kremlin.
Sebelum dikirim ke Bakhmut, dia pernah melakukan tugas jaga dan membangun benteng di Luhansk.
Selama delapan bulan terakhir, Bahkmut menjadi medan tempur paling berdarah dan panas.