Fajar Nugraha Sabtu, 01 Desember 2012 08:47 wib Pemukiman warga Israel di Tepi Barat (Foto: AP) YERUSALEM - Israel merespons pengakuan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) atas status keanggotaan Palestina, dengan berencana membangun 3.000 rumah pemukiman Yahudi di tanah yang dianggap PBB sebagai milik Palestina. Kondisi ini makin menipiskan harapkan sebuah perdamaian. Rencana Israel ini termasuk pula dengan pembangunan sebuah wilayah strategis di Tepi Barat. Hal tersebut dikritik banyak pihak, karena ulah Israel bisa membunuh harapan Palestina untuk membentuk sebuah negara. Langkah Israel tersebut menjadi sebuah peringatan keras kepada Palestina, yang masih dilanda euforia atas peningkatan status keanggotaan mereka di PBB. Negara Yahudi itu seperti ingin membuktikan siapa yang sebenarnya berkuasa di wilayah Tepi Barat dan Yerusalem. "Ini adalah skenario kiamat," ungkap anggota kelompok pembentukan perdamaian Yerusalem Ir Amin, Daniel Seidemann, seperti dikutip Associated Press, Sabtu (1/12/2012). Apa yang dilakukan oleh Israel ini juga seperti berusaha untuk membuat malu Amerika Serikat (AS), yang termasuk dalam sembilan negara yang menolak untuk menerima Palestina sebagai negara pemantau non-anggota. Percepatan pembangunan pemukiman ini bisa memicu langkah konfrontif dari Presiden Palestina Mahmoud Abbas. Di Washington, juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Victoria Nuland mengkritik keras pengumuman dari Israel. "Aksi ini sangat kontraproduktif dan makin mempersulit upaya negosiasi langsung untuk meraih solusi dua negara," tutur Nuland. Keputusan pembangunan pemukiman itu diambil oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, setelah melakukan rapat dengan delapan anggota kabinet seniornya. Rencana 3.000 bangunan itu termasuk apartemen di Tepi Barat dan Yerusalem Timur dan persiapan pembangunan yang lebih besar lagi di Tepi Barat.(faj)